Mengenai Saya

Foto saya
Segala sebab akibat perihal rindu. Selamat membaca! Semoga bermanfaat :) other social media: ig : https://www.instagram.com/sasmitha.arf/ id line :sasmitha06. See you soon!

Rabu, 20 Mei 2015

JARAN SLINING TONGGAK BUDAYA KOTA PISANG DI KANCAH NUSANTARA

Bagaimana ya mengawali postingan ini? Em, begini saja kalau biasanya saya memposting puisi atau entahlah satu hal yang tidak penting yang mungkin hanya saya yang paham, kali ini saya akan memposting sesuatu hal tentang daerah kelahiran saya, Lumajang. Sedikit kebudayaan tentang Kota Pisang. Artikel ini saya buat saat mengikuti salah satu lomba menulis artikel. Selamat Membaca! Semoga Bermanfaat!

Saya ada diantara puluhan peserta Lomba Menulis Artikel Jaran Slining 2015
dan Duta Wisata Cak dan Yuk Lumajang 2015. 


JARAN SLINING TONGGAK BUDAYA KOTA PISANG DI KANCAH NUSANTARA

Indonesia adalah negara kepulauan yang dikenal dengan keragaman budayanya. Masyarakat di negeri ini hidup berdampingan dan memeluk erat adat istiadat yang lahir dari nenek moyang bangsa Indonesia. Keragaman budaya itu tetap dijaga dan dilestarikan oleh seluruh lapisan masyarakat. Setiap daerah di nusantara memiliki ciri khas dan corak kebudayaan yang berbeda dengan daerah lainnya. Perbedaan ini menciptakan akulturasi budaya yang menambah ragam budaya baru. Meski hidup di tengah keragaman budaya yang unik dan menarik, masyarakat Indonesia mampu mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsanya dibawah naungan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Kebudayaan ini terus berkembang dan tetap lestari tidak tergerus globalisasi. Filosofi-filosofi dalam setiap budaya masih dipercaya oleh masyarakat, keaslian budaya baik dalam musik, tari, atau adat istiadat selalu dijaga. Kebanggan terhadap budaya negeri sendiri masih bersarang pada diri masyarakat Indonesia. Meski modernisasi mulai menyelimuti negara kita, beberapa masyarakat tetap menjaga dan melestarikan budayanya  agar tidak menjadi punah dimakan zaman. Ragam budaya di setiap daerah memiliki sejarah, ciri khas, keunikan dan filosofi masing-masing sesuai daerahnya, termasuk budaya di Kabupaten Lumajang.
Kebudayaan di Kabupaten Lumajang dikenal dengan nama “Pendalungan” yang berasal dari kata “danglung”. Kebudayaan ini lahir dari akulturasi budaya Jawa dan Madura yang menghasilkan corak budaya khas Lumajang dengan unsur budaya Jawa dan Madura yang masih melekat di dalamnya. Dalam budaya pendalungan muncul etnik budaya yang didominasi oleh alat musik danglung yaitu sebuah kentongan dari kayu nangka. Pendalungan juga melahirkan lima seni tari khas yang tetap lestari di tengah hiruk pikuk modernisasi masyarakat, yaitu Jaran Kencak, Godril Lumajangan, Jaran Slining, Gelipang Rodat, dan Topeng Kaliwungu. Selain terkenal dengan Kota Pisang, Lumajang juga terkenal dengan kesenian Jarannya. Jaran atau kuda ini menjadi ikon Kabupaten Lumajang pada saat peringatan Harjalu (Hari Jadi Lumajang) ataupun kegiatan kesenian lainnya. Salah satu kesenian yang unik dan menarik dari Kota Pisang ini adalah Jaran Slining. Seni tari dengan ritme musik yang cepat ini seringkali menjadi hiburan pada acara hajatan di berbagai kalangan masyarakat.
Aset Lumajang yang merupakan turunan dari Jaran Kencak ini memiliki irama rancak tanpa gerakan pakem. Lahir dari masyarakat bawah, Jaran Slining menjadi hiburan yang digemari masyarakat pada masa itu. Para petani menggunakan anyaman dari bambu untuk membuat jaran atau kuda. Satu orang menunggangi kuda dan satu orang pengencak dengan membawa pecut atau sapu lidi adalah sepasang penari dalam Jaran Slining. Keduanya menari mengikuti irama musik seronen. Musik yang terdiri dari alat musik gong, gendang dan danglung ini mengalun mengiringi sepasang penari yang mengembangkan gerak tari secara bebas atau sesuai kreativitasnya. Gerakan dalam tarian ini merupakan apresiasi dari manusia yang menunggangi kuda karena dahulu kuda menjadi alat transportasi utama dan menunggang kuda adalah olahraga yang digemari masyarakat. Pengencak menggunakan topi (kopyah) yang agak tinggi, namun seiring berkembangnya kreativitas seni, kopyah pada pengencak diganti dengan aksesoris kepala berbentuk setengah lingkaran dengan warna yang beragam atau aksesoris lainnya yang menambah kesan ceria pada pengencak. Jaran Slining menjadi semakin semarak dan menarik dengan pakaian para penari yang didominasi oleh warna merah, hijau, kuning, dan warna-warna mencolok lainnya. Warna-warna ini sesuai dengan budaya masyarakat Madura yang cenderung pada warna mencolok. Melambangkan keberanian, kelembutan, dan keceriaan warna pakaian dalam Jaran Slining dipilih karena sesuai dengan tujuan tarian ini. Dibalut berbagai aksesoris baik pada jaran atau penunggang, Jaran Slining menjadi hiburan yang menyenangkan. Kesenian yang dahulu hanya menghibur masyarakat petani kemudian berkembang dan lestari di tengah lapisan masyarakat Lumajang.

Pembukaan Festival Seni Tari Jaran Slining 2015,
ditandai dengan pemukulan gong oleh Bupati
Lumajang, Bapak As'ad Malik. 
Namun, modernisasi yang menderas di Indonesia tidak terkecuali di Kabupaten Lumajang menciptakan kekhawatiran beberapa kelompok masyarakat Lumajang. Budaya barat yang hadir berurutan melunturkan kecintaan generasi muda terhadap budaya dan kesenian daerahnya, termasuk kesenian Jaran Slining. Untuk menyelamatkan dan melestarikan seni tari khas Lumajang ini maka dilaksanakanlah Festival Seni Tari Jaran Slining 2015. Diprakarsai oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lumajang festival ini digelar pada hari Minggu, 15 Maret 2015. Bertempat di Pentas Budaya Kawasan Wonorejo Terpadu, festival ini berhasil menarik minat masyarakat Lumajang terhadap Jaran Slining. Acara dimulai pukul 13.00 dan diawali oleh penampilan dari CIO Indonesian Arts Culture yang membawakan Tari Meruang Waktu. Kemudian disusul dengan lagu Lumajang Sayang yang dinyanyikan oleh Paguyuban Duta Wisata Cak dan Yuk Kabupaten Lumajang. Pra Acara ditutup dengan Tari Remo oleh perwakilah STKW Surabaya (Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya). Memasuki acara inti, Sanggar Diamond Arts Perform berkesempatan untuk membuka acara dengan tariannya. Festival yang dibuka secara resmi oleh Bapak Bupati Lumajang ini diikuti oleh 39 peserta dari berbagai sanggar di Kota Pisang. Ditandai dengan pemukulan gong festival dimulai, bergantian sesuai dengan nomor urut seluruh peserta menari mengikuti irama musik yang rancak. Meski hujan deras turun selama pelaksanaan festival tidak menyurutkan semangat para peserta untuk menampilkan yang terbaik.
Peserta dibagi menjadi dua kategori, yaitu kategori anak-anak dan kategori remaja. Setiap peserta menampilkan tarian dengan gerakan, pakaian, dan kuda yang berbeda. Festival ini bermula dari adanya ide salah satu sanggar sebagai usaha melindungi Jaran Slining dari kepunahan. Gayung bersambut dan ide itu direalisasikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Menggandeng  CIO Arts
Parade seluruh peserta
Culture Indonesia
, festival seni tari ini berhasil digelar dengan semarak dan meriah. Dihadirkan 5 seniman sebagai dewan pengamat untuk memilih 3 penyaji terbaik non rangking dari setiap kategori. Bapak Wahyu Dianto selaku dewan pengamat I menuturkan bahwa kriteria penilaian dalam festival ini dilihat dari dua segi. Pertama dari segi performance yang meliputi penyajian dan kreati
vitas, kedua dari segi artistik yang meliputi busana, tata rias, komposisi, dan kepenarian. Festival yang berhasil menjadi daya tarik masyarakat Lumajang saat itu melahirkan 39 etnik seni tari Jaran Slining. Pada penghujung acara sebelum diumumkan 3 penyaji terbaik, seluruh peserta tampil berparade dan menari bersama. Pentas budaya di Kawasan Wonorejo Terpadu menjadi lautan Jaran Slining. Parade All Performance diakhiri dengan foto bersama Bapak Bupati Lumajang dan Bapak Sekretaris Daerah.
          Festival ini digelar dengan harapan mampu menjadikan Jaran Slining sebagai tonggak budaya Kabupaten Lumajang. Berbagai usaha dilakukan agar kesenian khas Lumajang ini tidak mengalami kepunahan. Menyelamatkannya dari modernisasi dan menanamkan kecintaan generasi muda terhadap kesenian bangsanya adalah tugas wajib bagi seluruh masyarakat Lumajang. Sebab, kesenian khas negeri kita adalah aset bangsa yang tak ternilai harganya. Kekayaan akan budaya juga harus diimbangi dengan kecintaan bangsa terhadap budayanya sendiri. Jaran Slining adalah salah satu contoh aset bangsa yang patut untuk dijaga dan dilestarikan. Mengenal, mencintai, dan bangga terhadap kebudayaan nusantara merupakan salah satu balas budi terhadap Indonesia. Kita bangsa Indonesia, lahir di tanahnya, minum airnya, makan tumbuhannya cukuplah membalas budi dengan menyelamatkan budayanya dari kepunahan. Kenali dan cintai budaya bangsa kita agar tidak lapuk dan hanyut oleh modernisasi dunia. Salam Budaya!

Sebagai penutup seluruh peserta foto bersama Bapak Bupati Lumajang

Berikut ini beberapa foto peserta Festival Seni Tari Jaran Slining 2015

taken by @priskideanasti
taken by @priskideanasti


taken by @priskideanasti

 Sumber Informasi :
1.    Ibu Arias Purwantini
2.    Bapak Wahyu Dianto
3.    Bapak Antony S.Sn

4.    Festival Seni Tari Jaran Slining 2015

2 komentar:

  1. Assalamualaikum, sasmitha. makasih ya postingannya membantu tugas di sekolah :)
    oh iya, ngomong-ngomong kita pernah ikutan event yg sama beberapa kali loh, fls2n dua tahun, terus pas lomba nulis artikel jaran slining. tapi kok kita nggak ketemu secara live ya, hehe
    salam kenal aja yaa ^^ dari Rosalia SMAN Tempeh

    BalasHapus
  2. Iyaa.. sama-sama, alhamdulillah bermanfaat :) Iya kah? Wah soalnya aku juga ga tau kamu yang mana. Mungkin kita ketemu cuma karena ga saling tahu jadi ya ngerasa ga ketemu, hehe. Maaf yaaa Rosalia, aku baru sempat buka blog jadi baru sempat balas

    BalasHapus